Ini kisah nyata, kisah yang 11 hari terakhir ikut memantau kondisi ustadzah Listi.
Menurut kacamata medis ustdzah Listi ketika saturasinya dibawah 60 semua tenaga medis sudah pasrah. Bahkan pihak rumah sakit sudah angkat tangan bahwa dalam beberapa hari kedepan sudah tidak memungkinkan untuk diselamatkan, karena dosis oksigen sudah paling tinggi (30cc), dexa, antivirus, infus , antibiotik, multivitamin semua ikhtiar dilakukan.
Bahkan sempat terjun di angka 40, tidak terbayangkan sesaknya pernafasan seperti apa.
Malam ahad belum ada perubahan , makanya perawat teledor mengatakan ustadzh dikabarkan meninggal, semua sedih.
Dengan izin Alloh Swt, pagi hari ahad jam 04.45 setelah semua orang pesimis, setiba saturasi naik di angka 80 ada harapan hidup kata dokter.
Hari ahad Jam 13.00 WIB dokter mengatakan saturasi naik turun d angka 80-88. “Masih berat untuk selamat, tapi kita upayakan, ” Begitu kata salah seorang perawat.
Suami dan keluarga sudah mulai panik. Hari ke-10 belum ada perubahan, kami yang bertanggung jawab di pesantren dalam menangani covid amat bersalah, kalau dalam seminggu kehilangan dua orang yg begitu kami hormati. Meskipun Allah azza wa jalla sudah menetapkan semuanya.
Dan masyaa Allah, Alhamdulillah jam 19.00 (malam Arafah) saturasinya mulai stabil d angka 89, berita bagus. Saya kirim santri pengabdian untk mantau 24 jam. Wali santri banyak yang nelpon menanyakan kondisi anaknya.
Saya berusaha stay cool padahal panik, mohon maaf ya Abu Ummu kalau yg belum sempat ana respon WA nya.
Jam 03.00 WIB (waktu sahur Arafah) saturasinya naik jadi 90. “Sudah mulai aman hanya saja masih rawan”, kata perawat.
Daan maa syaa Allah, ana sampai merinding, di sore harinya, tepatnya menjelang buka puasa arafah, saturasi ustdzh listi di angka 95. Medis sampe kebingungan, kok bisa. Di hari yang sama, 3 orang jenazah lalu lalang depan kita semua. Berharap bukan ustadzah Listi.
Dan malam, waktu anak2 d pesantren takbir, tahlil tahmid, saya dapat WA dari santri yang jaga, isinya mengabarkan bahwa ustaszah Lilis saturasinya 99. Saya jawab, “gamungkin, Paling 90”. Saya menyuruh pastikan dulu supaya tidak mis informasi.
Dan setelah memastikan dg foto, benar. Bahwa uslis saturasinya di 99, bahkan tadi pagi sampe 100.
Artinya sangat sangat normal sekali. Maa syaa Allah, bahkan kata dr spesialis, beliau ada di titik pernafasan terbaik seseorang.(orang normal saturasinya 95-100).
Skarang, tepat jam 15.30 WIB ana ketik tulisan ini, biidznillaah, beliau sudah keluar dr HCU.
Secara medis, jarang sekali yg keluar dr ruang HCU dg pernafasan mencapai 100. Bukan hanya itu, untuk keluar pun bisa d hitung jari (Based on Data).
In syaa Allah, uslis sudah d pindahkan ke ruang isolasi flamboyan (masuk hari ke-11, isolasi 3 hari lagi) secara medis sudah aman.. Tetapi kami akan tetap terus memantau kondisinya sampai benar-benar dinyatakan sehat.
Maa syaa Allaah, Allahu akbar walillaahil hamdu.
Abu ummu.. Kita semua menyaksikan dahsyatnya doa di hari arafah..
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585
Semoga kisah ini, menambah keimanan kita kepada Allah Azza Wa Jalla, betapa Allah tidak akan pernah menelantarkan hamba-Nya yang mau berusaha.
Wallahu ta’ala A’lam.